KAU MELUKIS AKU

Aku takkan pernah lupa saat itu, saat tak ada mendung  ditaman yang telah kita bangun dengan sebuah pelukan dan ciuman, dan aku masih saja berharap pertengkaran kecil kita ini hanyalah pondasi dan hiasan taman kita, agar lebih indah dan anggun

Dalam jelaga sore

Kamu masih ingat saat pertama kali kita bertemu, hujan tiba-tiba saja mengguyur sore yang benderang, seakan sore itu jadi jelaga pada sisi tiupan senja, aku dan kamu bertemu disebuah mall,disebuah tempat dimana semua fashion di”geber” dan kita merasa asing didalamnya, aku dan kamu memilih mneyingkir disudut ruang yang tak begitu ramai oleh pengunjung,toko buku yang mulai ditinggalkan,aku dan kamu tak sengaja berada disudut rak yang hampir sama,hingga tubuh kita terasa jadi magnet yang saling bertubrukan

”maaf, aku tak sengaja” kataku

Dan kau melihatku, sekilas….lalu tersenyum, kamu tahu apa yang kupikikan saat itu, hatiku melumer oleh salju,kurasakan Himalaya menutupi hatiku,kau jongkok dihadapanku

”maaf HP anda jatuh”

”ups…..iiii  yaaa, anda benar, wah baterai dan casingnya dimana ya?”

aku tak menyadarinya,hp ku telah berantakan dan gadis itu telah meletakkan hpku dalam genggamannya, wajahku memerah dadu, lalu aku mulai meangkai kepingan-kepingan PDA ku,aku coba menyalakannya.

”maaf bisa minta bantuannya?

”iya, knapa?kata gadis senja itu

”tolong miscall aku, aku takut PDA ku jadi tak berfungsi

Kudengar, sautan nada dari PDAku,aku tersenyum semanis yang kumampu ”terima kasih”

”is ok” kali ini dia tersenyum dan mengucapkan beberapa, tangkai kata

» Read more

SEMUSIM MENCINTAIMU

SEMUSIM MENCINTAIMU

Masih kupandangi senja yang mulai mengabur. Hela nafas panjang masih menyentuh rongga dadaku, tapi sesak masih kurasa menghimpit ragaku. 35 tahun yang lalu aku dilahirkan didesa ini, desa yang kecil, pepohonan yang masih menjulang, remah-remah bauan tanah masih kental kuhirup, lalu lalang senyum petani yang masih kuhafal, semuanya tersimpan rapi diharddisk hatiku, begitu sempurna, hingga ku mulai melangkahkan kakiku dijakarta, kota yang memberikan seribu janji dan mimpi , sampai akhirnya kedua orang tuaku memintaku pulang, masalah klasik yang sebenarnya tak ingin mengusik kehidupanku. Aku lima bersaudara dan tinggal aku saja yang belum menikah, yang kata orang menikah hanya nikmat 5 %, sisanya sangat luar biasa nikmatnya,tapi bagiku tidak, aku  menyukai kehidupan lajang seperti sekarang.Aku malas terikat oleh suatu ikatan yang bernama perkawinan, bagiku dia takkan menyelesaikan masalah , hanya menambah beban hidup saja, lalu bagaimana kalau aku bosan,hanya diam dirumah menjadi anak baik-baik, mengantar istri belanja, mengganti popok bayi, membayangkan saja kepalaku hampir pecah………

“Gani masuklah, keluarga pak Mitro sedang menunggu” sapuan halus tangan ibu dipundakku menghalau semua lamunan, sekilas kutatap wajahnya yang mulai mengerut, ibuku mulai beranjak senja seperti sore ini. Ahhhh sudahlah, aku ikuti  langkah-langkah anggun bidadari yang melahirkanku, sekarang aku harus mengikuti langkahnya dan juga mengikuti keinginannya menikah dan mendapatkan cucu dari anak lelaki satu-satunya yaitu aku “GANI AWAN NEGARA” .diruang tamu tampak tiga tamu yang tersenyum padaku, dan salah satu diantara mereka tersenyum simpul menahan malu kepadaku, kulihat  pipinya merona, ibuku menggandeng lenganku untuk mendekat padanya, GANI…..SAVITRI begitulah kami berkenalan, mungkinkah orang ini yang akan mendampingiku, yang dengannya kuhabiskan waktuku, dan kepadanya akukan berkeluh kesah…..oh my god bukan pilihan hatiku, dia terlalu lugu, cantik alami khas orang desa, apa kata teman-teman clubbingku, kulihat jarak bumi dan langit semakin jauh, pikiranku masih menari bersama gadis-gadis metro,yang tahu  benar dimana mereka harus meletakkan maskara, tahu apa warna lipstik yang membuat para lelaki takhluk padanya, tapi makhluk didepanku? Sapuan bedaknya hanya tipis merata, rambutnya yang lurus tergerai begitu saja.

Sejak perkenalan itu keluargaku memutuskan untuk melakukan lamaran ,seminggu kemudian janur kuning mulai melengkung dirumah Savitri.Aku hanya menunaikan tugasku sebagai seorang anak walau bukan putri salju yang menjadi istriku, toh pernikahan hanyalah sebuah tanda tangan diatas kertas, dan saling melingkarkan cincin dijari manis, tak lebih. Tapi saat ikrar diucapkan kulihat tatapan haru dimata savitri, tatapan ketulusan, tatapan harapan, tapi tubuhku seperti terhempas menabrak batu karang, sakit menghujani hatiku, sungguh bukan pilihan.

Dan Jakarta awal dari neraka itu dimulai

“Mas sarapannya dimakan dulu”

“Ya” jawabku singkat acuh tak acuh dia gadis baik, rasanya sangat tak tega melukai hatinya, tapi entahlah hatiku tak mau melunak menerimanya, malam pertamaku kutunaikan sebagai kewajiban seorang suami pada istri, setidaknya satu hal ini yang membuatku terhibur, tapi entahlah aku begitu muak dengan basa basinya, aku lebih banyak menghabiskan waktuku dikantor, menenggelamkan waktuku di club-club tempat aku biasa kongkow. Hari ini aku pulang dari clubbing hingga jam 12 malam,  sampai dirumah aku masih mendapati senyum savitri yang selalu berpendar, aku berlalu begitu saja masuk kedalam rumah, meninggalkan tangannya yang meraih tas kerjaku, kubuka satu persatu pakaianku dan kuganti dengan pakaian yang telah disiapkannya.

Aku berlalu meninggalkannya menuju ruang tengah, masih kulihat dia meraih baju-bajuku yang berserakan dilantai dan memasukannya dalam susunan daftar yang harus dicuci. Ku rebahkan tubuhku di sofa melihat acara-acara yang kusuka di TV, badanku tak terasa mulai menggigil, savitri yang ada didekatku mulai mendekat

“Mas gak papa ?”

“ Gak papa, aku baik-baik saja”tapi badanku tak mau kompromi, aku mulai  mual dan memutahkan segala hal yang ada diperutku, secepat kilat aku melihat tubuh savitri mendekat kearahku, dipeganginya leherku sambil dipijit-pijitnya, aku ingat betul dia membersihkan  muntahanku dengan kedua tangannya, aku yang melihatnya terasa mual, diambilnya beberapa kain pel untuk membersihkan semuanya.

“Mas biar aku pijat badannya “

“Biar tinggalkan saja, aku akan baik-baik saja” savitri tidak mendengarkan aku bicara, tangannya dengan cepat menanggalkan kaosku, lentik jemarinya mulai mengusap punggungku, aku mulai agak enakan setelah savitri mengusap seluruh tubuhku dengan minyak kayu putih.

“Mas tidurlah didalam” savitri mulai memapahku, menyelimutiku dan kulihat dia duduk dikursi memandangiku yang mulai pura-pura tertidur.

» Read more

Namaku Hankenbucker

“Namaku Hankenbucker, panggil aku hans atau sesukamu” hans mengulurkan tangannya ke Raline, Raline dengan tak antusias menerimanya

“Kamu tahu ? apa yang terjadi ketika helikopter mengalamai engine failure ketika terbang ? apakah akan jatuh begitu saja ke bawah atau seperti pesawat Fixed wing yang bisa melayang diudara tanpa tenaga dari mesin ? kamu tahu ? dia tidak akan terjatuh begitu saja tapi juga tidak akan melayang seperti fixed wing tadi  itu yang disebut Autorotation

“Maaf…..”

“aku belum selesai, kamu tahu ? apa itu Autorotation dia adalah keadaan saat terbang dan baling baling utama helikopter diputar oleh aksi dari udara bukan tenaga mesin, ketika engine failure kita kehilangan sumber energi untuk memutar main rotor, namun kita memiliki bentuk energi lain yang bisa dimanfaatkan,kamu tahu hukum fisika ? energi tidak diciptakan dan tidak dimusnahkan dia hanya dapat berubah bentuk. Kamu tahu ga ? dalam keadaan autorotation helikopter memiliki energi potensial dari altitude, energi kinetik dari velocity air speed dan inersia rotor

Raline terdiam, bengong sangat bengong…..

» Read more

KAU MELUKIS AKU

Percakapan ringan kita

Perjamuan ringan kita

Sebuah monokrom yang berulang

Aku tak pernah mengerti seberapa patah engkau kujadikan

Tapi percayalah aku yang paling patah

Kudengar kau bercerita tentang berbunganya hatimu

menemukan titik temu yang seharusnya aku

Menemukan jeda yang hilangkan lelahmu yang seharusnya aku

Aku tersenyum mendengarnya akhirnya kau bahagia, dalam hatiku? biarlah aku kecamuk

“Holding your hand ”

Memastikan kau baik baik saja adalah tugasku, pergilah kau penuhi baikmu

Aku tetap berdiri sama persis disini saat kau kembali terluka

Dan kuterbangkan engkau kembali, percayalah pada yakin

Memastikan kau baik baik saja adalah tugasku

Percayalah aku yang paling patah

IBU

pernah kau bilang

laut tak bisa kau prediksi

gelombang tanah tak bisa kau rata

IBU

pernah kau bilang

karang tak bisa kau hempas

kau bilang aku yang harus hadapi

kau bilang aku yang menepis takutku

kau bilang lawan raguku

bahagiakan diriku

IBU

meretas air mataku

disepanjang langkahku kuingat pesanmu

Al-fatekhah ku selalu untukmu

No Dream is Too Big

Bagian terbaik dalam hidupku adalah sebuah perjalanan yang sedang kususun kali ini. Bagiku berkeliling dunia dan menaklukkannya hanyalah sebuah mimpi. Bagaimana tidak? Hidup sehari hari saja aku susah. Nasi putih, kecap dan krupuk adalah surga bagiku. Himpitan ekonomi sulit tak membuatku pantang menyerah, dengan kata lain menjadi pintar, rajin dan gigih adalah mutlak jika ingin merubah nasib.

Saat SMPTN lulus masuk di Teknik Industri ITB adalah awal perjuangan yang dimulai dengan ikhtiar mencari pinjaman untuk biaya berangkat ke Bandung dan membayar pendaftaran ulang. And there I am, bermodal semangat bonek finally get my feet on Bandung. Bandung yang dingin membuatku senyap, anak kampung yang datang ke negeri kosmopolitan. Awal-awal semester ku lewati dengan menumpang  sana sini dan akhirnya bisa menetap dan menyewa ramai ramai dengan teman-teman yang kutemui di ‘perjalanan’ antrian daftar ulang. Kontrakan sederhana yang tersohor angker, which is itu sebabnya kami bisa dapat harga sangat miring, hehehe. Jika mahasiswa-mahasiswa lain dapat pesan rajin dan fokus belajar supaya bisa lulus cum laude, untuk kami para mahasiswa kurang mampu ada daftar tambahan ‘rajin-rajin cari info beasiswa dan bertamu ke dosen pembimbing minta referensi kakak angkat alumni yang bersedia kita repotin keuangannya.’

Aku takjub dengan bangunan bangunan di ITB ini, menurutku arsiteknya sangat bagus, megah, kokoh dan terkesan unik. Untuk pertama kalinya aku mencintai sebuah seni, dibandingkan rumahku yang !)&&!#!& (sensor). Ah sudahlah, dirumah itu aku merasa damai dan surga, disini aku merasa kecil.

“Hoi. Anak Industri kan ? Suka Seni?”

“Hai…” aku tergagap. Aku sering melihat cowok ini di kelas, tapi tak satupun yang berhasil mengajaknya bicara lebih dari 10 kata, ajaibnya dia menyapaku duluan.

“Yudha…”dia mengulurkan tangan

“Kinanthi” aku mengulurkan tangan menyambutnya

“Di depanmu ini adalah aula timur, dan yang disisi lain adalah aula barat” sambil menunjuk kea rah tempat aula barat berada. “Kamu tahu siapa arsiteknya?” Aku menggeleng ragu.

“Arsiteknya adalah Henry Maclaine Pont, seorang ahli dari Belanda. Dia memadukan unsur nusantara dan eropa. Kamu tahu kuncinya masih asli lho sampai sekarang ga diganti . Satu lagi yang unik disini adalah masjid Salman ITB. Nanti kalau pas sholat disana kamu perhatikan deh, bangunannya tanpa kubah tanpa kolom. Hebat kan? Pasti kamu bertanya kok bisa aku tahu semuanya? Dulu aku sering ke sini saat SMA, aku melakukan melakukan banyak perjalanan yang membuat ku tak pernah bosan. Aku punya globe di kost an,suatu hari nanti aku ingin berkeliling kemanapun yang aku suka, mengunjungi setiap tower yang ada di negara-negara yang kujejak.” Aku hanya bengong dalam hati ini anak baru kenal nyerocos ga ada habisnya.

Siang itu adalah perkenalanku yang tak terduga dengan Yudha, pria berkacamata minus yang berpenampilan ala anak “traveler”. Gayanya cuek,,, tapi cakep juga lho.

Pertemanan kami mencapai 8 semester. Dia yang membangkitkan anganku untuk berkeliling dunia. Di dalam kamarku terpampang peta dan perjalanan yang ingin kutempuh setelah pertemuan pertemuan dengannya yang berapi api.

“Kinan, besok kita sudah wisuda lho. Kamu memperhatikan tidak tentang gerbang ITB dan bunga yang ada diatas kita ini ? Bunga bougenville ini hanya berbunga pada bulan Agustus pada saat penerimaan mahasiswa baru, bunga yang berwarna ungu mekar di pertengahan semester, sementara itu bunga berwarna merah muda mekar di akhir semester” celoteh Yudha dengan senyum yang penuh semangat sambil memberi ku secarik kertas bertulis “The world is a book and those who do not travel read only one page (Augustine of Hippo)”

3 tahun semenjak lulus dari ITB aku diterima di sebuah perusahaan bergengsi. Dalam hitungan 36 bulan aku adalah manager termuda ditempatku bekerja, doa ibu adalah jawaban dari semua ini.

Aku masih ingat betul 3 tahun lalu saat bersama Yudha, dia yang memberikan semangat tentang sebuah perjalanan. Tapi keinginan ‘menjelajah dunia’ tak lantas membuatku egois, terlebih saat ibu ku divonis kanker. Tuhan memberikan cobaan dan rejeki sesuai waktunya bukan? Saat aku telah cukup mapan secara financial, keluarga kami berjuang dengan segala iman dan materi yang kami punya mendampingi perjuangan ibu memperoleh kesembuhan. Hingga akhirnya, Tuhan menghendaki menghentikan rasa sakit ibuku dan mengangkat ke sisiNya, dan pesan terakhir ibuku ‘saatnya kamu membahagiakan dirimu sendiri nak. Bahagia kan dirimu. Jelajahi dunia seperti maumu’. Pesan itu yang menjadi titik balik dari serangkaian perjalananku ‘menjelajah dunia’.

Pertama kali aku melangkah adalah ke negeri tetangga ke Singapura. Aku dulu tak pernah tahu dan peduli ternyata kita tak boleh rumpi saat berjalan ditengah escalator. Jalur kanan adalah untuk yang santai santai saja, jalur kiri adalah untuk jalur cepat. Beda saat aku balik ke Indonesia dimana eskalator dibuat jalur rumpi, arisan, ataupun pacaran. Setidaknya aku bisa menularkan kebaikan dengan berdiri ditempat yang benar.

Perjalanan ke 2 adalah saat ke Malaysia. Dinegeri tetangga ini aku begitu takjub dan menderita. Indonesia dan Malaysia adalah saudara serumpun tapi apa di kata, Malaysia jauh lebih unggul. Wisata digarap begitu bagus, ada mobil Hop On Hop Off yang bertujuan mengantar wisatawan keliling area area wisata. Itu yang membuatku menderita. Di Jakarta?  Bila ada bis Hop On Hop Off, pasti para turis sudah pada pingsan duluan karena macet yang tak terurai.

Tomyam? “whats” bagaimana bisa makanan basi bisa mendunia. Mencium aromanya saja bisa membuatku mual-mual. Saat mengunjungi Thailand dalam jangka waktu 2 minggu akhirnya mau tidak mau harus makan. “Sesuatu itu harus dipaksa untuk mencapai tujuan sampai kau sendiri tidak sanggup”, itu yang membuatku bertahan. Dan akhirnya saat ini aku malah menjadi penggemar Tom Yam nomer satu.

Aku tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Bagiku berkeliling dunia hanyalah mimpi, bagiku mengenal budaya negara lain hanyalah delusional. Aku ingat betul saat kami sekeluarga melihat TV hitam putih tentang liputan Buckingham, ibu berkata “suatu saat kamu pasti kesana nak, menikmati takjub udara London, pegangkan untuk ibu jeruji istana Buckingham.” (norak ya)

“Pasti bu. Doakan” jawabku dengan optimis.

Here I am, berdiri di tanah Inggris. Aku tak peduli saat mata memandang kepadaku saat kulebarkan tangankan, berputar-putar menghirup takjub udara London. Kulangkahkan kaki ku dengan pasti menuju istana Buckingham dan kupegang jeruji pagarnya seperti pinta ibuku.

“Untukmu ibu aku berada disini, memenuhi inginmu” Ah andai ibu masih hidup pasti aku sudah mengajaknya kesini.

“Kinan berjanjilah padaku bahwa kau akan sampai di tanah London, berjalan menyusuri tower bridge, berjalan menikmati sungai thames, menyaksikan pertunjukan di globe teather. Lalu kita akan bertemu diantara kaki kaki eifel sambil menikmati keindahannya dari atas Bateaux Mouches” Kata Yudha 3 tahun lalu dibawah taman bougenvell.

Kubuka laptop dan mulai menulis e-mail untuk Yudha.

Lalu nikmat apalagi yang bisa ku bantah

visa yang terapprove, concrete dan beton yang bermahtab

melihat budaya yang berbeda, merasakan air yang berbeda

berjalan di bawah Arc de Triomphe, bahkan napoleon pun belum pernah berjalan melewatinya

Lalu nikmat apalagi yang ku ragukan

menyusuri hutan black forest, menyelami lautan yang berbeda, hingga kulit berubah warna

berjalan menyusuri Tower Bridge dengan secangkir kopi ditangan,  syal yang melingkar, dan bercakap menari waktu

Lalu nikmat apalagi yang ku ragukan

saat lolos imigrasi

dalam kain balut yang berbeda

menarik koper-koper, menyusuri trotoar demi trotoar

dalam balutan musim dingin yang gigil

Dan aku tau dengan semangat dan bijakmu kau akan berkata

“aku tau kau hanya ingin menikmati selalu Shakespeare’s Globe Theatre”

PS:

Aku akan naik Eurostar.. menemuimu di kaki kaki menara Eiffel..besok.

Dalam heningku hatiku bergumam menambahkan “aku bersedia menikah denganmu”.

Perjalanan-perjalanan ini merubahku menjadi Kinan yang lain. Kinan yang dulu tak percaya diri, Kinan yang dulu selalu minder dengan kemiskinan, Kinan yang dulu berpikiran pendek, dengan melangkah kan kaki kebanyak Negara membuat seorang kinan berubah, sekarang aku bisa berpikir lebih bijak, berpikir bahwa tidak ada yang tidak mungkin selama ada kemauan.

Bukan hanya sekedar perjalanan mewah yang kulakukan, aku pun melakukan perjalanan backpacker. Karena ternyata dengan ber backpacker aku merasa benar benar hidup dan menyatu dengan alam yang melahirkanku. Aku mengenal bahwa ternyata tidak ada yang menandingi keramahan bangsa Indonesia, kita hanya kurang memolesnya sedikit saja, yah sedikit saja untuk jadi lebih baik.

“Books are the plane, and the train, and the road. They are the destination, and the journey. They are home.”  Anna Quindlen

1 2