Namaku Logika

Saat kau tersujud pada malam, ketika banyak pertanyaan yang muncul. Ada sebuah tanya yang harus kau pilih.
Jika bisa memilih kamu akan memilih apa ? Hati? Janji? atau sumpah atas nama Tuhanmu ? kamu pilih apa ? lalu kau bertanya padaku. Aku menjawab dengan tegas dan pasti, difase ini aku memilih pasrah. Aku tak pernah memaksa, hati kecilku yang selalu berteriak.
Pagi hampir tiba, ketika aku membelikan obat untukmu dan aku menggigil kedinginan karena derasnya hujan yang mengguyurku, kamu ? kamu terlalu sibuk dan tak pernah peduli denganku. Suhu tubuhku kian menghangat aku tak mampu tolak gigil.
Tuhan aku merasa tak utuh, tulangku berasa redam meremuk. berbicara ? menghirup oksigen saja aku tak mampu. Aku hanya mampu bersujud hina padaMU, aku tetap terdoa walau injakan laras sepatumu membuat tubuhku luka tak terbentuk,mungkin kau menemukan orang yang sabar tapi dapat kuyakinkan tak sesabar aku yang masih berdiri hampir mati menahan badai. dalam lantunan sebuah doa, malaikat masih mendengar, suara rendah riuhku, aku punya nama kesayangan pada NYA, Rabb

” Rabb, jika kau ingin aku bahagia, maka bahagiakanlah dia dengan pilihan yang benar, itu membuatku bahagia Rabb, terserah caraMU saja. Bukalah pintu hatiNYA, lemaskan atau kalau perlu lunakkanlah sedikit, agar dia lebih peka dan merasa tak egois tanpa berpikir. KAMU tahu Rabb, KAU tahu pasti aku tak pernah tega saat dia sakit, kamu tahukan ? walau aku luluh lantah aku tak pernah tega saat dia terbaring meluka dan sakit.Kadang aku berdoa, kalau KAU mau, KAU bisa pindahkan sakitnya padaku, ketubuhku, lakukanlah bila itu bisa menggugurkan dosaku, aku ikhlas”.
Mungkin saat revolusi bumi tergenapi akan ada luruh cahaya yang terlalu, tapi bukan puisi picisan yang sempat kau kirim itu, yang isinya membuat bumi terdiam. Kisah yang tak sempurna terangkai, akupun lupa menitip harap pada siapa saat yang kupuja enggan menyapa. pada langit yang terpasung? yang padanya terdapat busung ?
pada mendung atau hujan yang menyamarkan air mataku? atau pada angin yang membasuh luka. Entahlah aku gugu.
Seperti biasa dan kisah diataspun aku berkisah tentang seorang pecinta yang kehilangan, dia sudah menyerah, tersungkur, berdarah, tak ada jalan kembali tapi Kau meraihnya kembali saat dia ingin bangkit, kau takut kehilangan tulusnya yang tak pernah kau temukan lagi. Katanya apapun yang terjadi tak pernah dia sesali, karena dulu pernah merasa sangat bahagia walau kini hanya luka, walau hanya sementara.
Mati rasapun tak pernah bisa dipaksa, saat kau jatuh cinta
Apapun yang telah dia jalani bersama kekasihnya, tak akan pernah dia sesali. Karena dia meyakini bahwa kehadiran seseorang yang pernah dikasihi dengan segenap hati, pasti sedikit banyak telah mengajarkan sesuatu, membawa pelajaran hidup yang baru, memperbaiki kualitas diri. Dia dan kekasihnya pernah saling membuat baik meski hanya pada suatu waktu dan dalam rentang jarak yang sementara.lupa pada janji yang harus ditepati, lupa pada janji yang harus dipertanggungjawabkan.
Ada banyak lagu yang masih sempat membuat jantungku beresonansi, kadang enggan mendengar. Tapi kata tak pernah bisa ditinggalkan, walau musiknya tak lagi sama tapi rasa tetap tinggal. Jangan kau hindari, biarkan saja mengalun karena lukanya masih basah biarkan saja mengering, mungkin saat nadanya tak menyakitkan lagi akan membuatmu bahagia. seperti janjimu. wait janji ? sejak kapan dia peduli dengan janjinya ? tak pernah apalagi peduli.
“ajari aku ikhlas”
Kamu pikir aku professor atau sudah khatam kitab ? aku pandai berteori itu saja. bila memang cinta itu msh utuh, habiskan dia dalam doa jangan menetas, habiskan.
lihatlah sayapmu yang hampir patah, sembuhkan lalu terbanglah makin tinggi. hapuslah semua masukkan semuanya kedalam botol, lalu layarkanlah buang jauh jauh pada tengah lautan.
“hai namamu siapa?’

aku logikamu,

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *