HARAPAN KADANG TAK PERLU MENGERTI

harapan

Seberapa jauh kau berjalan ?

Ini tentang sebuah peta perjalanan, yang menghapus hujan dan kemarau. Tentang kepedihan memeluk bayang sendiri yang menghapus jejak kepedihan.

Kita pernah ada pada fase ketika belum saling mengenal menjadi seorang yang bahagia, memiliki sewindu tawa, bergembira pada kesederhanaan hidup, lalu pada waktu dia datang pada tingkah lucu, mempesona dan membuat jatuh cinta pada pekatnya. Dunia menjadi istimewa dan sempurna pada kemewahan.

Tanpa sadar menjadikannya tujuan hidup dan satu satunya alasan berbahagia, tergantikan saat saling bertemu dan dekat, menyatu debar jiwanya. Maka keakuan yang dulu sangat sederhana menghilang, menjadikannya ia semesta, ruang khusus dan sakral yang bisa dimasuki sendiri.

Sialnya, datanglah masa yang tak ingin kita bersentuhan dengannya, seakan kau kehilangan kendali atas jiwamu sendiri, keakuanmupun menghilang bersamanya.

Lalu satu satunya yang tak meninggalkanmu, pada sudut ruang….. kau memeluk lututmu sendiri yang tak meninggalkanmu.

Kadang kita harus meninggalkan harapan, sebagai pengalih kesempurnaan. Membuat kita buta membaca peta perjalanan hidup, berada dikehidupan asing yang tak pernah kita kenal, padahal kau tahu pasti…… berulang kali kau mengalami fase ini, hanya ketakutan yang lebih dalam sekarang yang membuatmu terasa asing. Menjadi manusia paling tolol, berharap ada gempa bumi dan  masuk didalam tanah, berharap ada badai dan  tergulung ombak, berharap naik pesawat dan menabrak gunung, apapun bencana yang mahadahsyat atau gila ingin kau alami.

Menjadi gila ? mungkin iya.

Seandainya kematiaku akan membuka rasa sedihmu, seandainya kematianku membuka matamu bahwa kau mencintaiku, maka lebih baik aku pergi walau itu dengan jalan paksa “bunuh diri”  katamu

Aku menyangsikannya

apakah setelah kau tiada, hidupmu akan lebih sempurna? kupastikan kau hanya menangis diujung sesal, dan ia tetap bahagia tanpamu, tertawa lepas tanpa beban, kadang hidup harus dilanjutkan tak sesuai dengan keinginan kita, kita harus mengerti tanpa harus mengerti.

Kita pernah ada disatu waktu ketika belum mengenalnya, menjadi seseorang yang sangat bahagia, selalu punya alasan untuk tertawa, mempunyai pelangi sendiri, berbahagia dengan sederhananya tujuan hidup.

maka bolehkan saya bertanya sesuatu ? ” Jika dulu kita pernah bahagia meski ia tak ada, mengapa sekarang tidak ? “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *