AKU dan KAMU
Aku dan kamu,
seperti udara, aku mencintaimu, selalu terikat ruang.
seperti cuaca, aku menyayangimu selalu terikat musim .
seperti hujan, aku membencimu, sewaktu-waktu.”
bagai langit udara mencintai laut lepas. Dari jauh, aku mencintaimu dengan seluruh kekuranganku
Menatap gelombang ombak-rambutmu atau menikmati kilau cahaya-dirimu—pada fajar yang menerbitkan matahari di matamu.
Aku dan kamu,
bagai langit udara mencintai laut lepas. Ribuan mil dari nafasmu, setiap detik aku berusaha melacak nadimu pada setiap buih ombak yang menghantamku
Bila kukatakan padamu telah kutitipkan semua salamku pada nafas sungai yang menjalar bermuara menuju nafasmu, kamu merasakannya ?
Sejak pertemuan itu, aku merasa hari-hari kita begitu akrab: Meski sebatas udara yang setiap hari datang memberikan sentuhan–lalu pergi tanpa salam perpisahan.
Ah, mungkinkah nadi langit telah menyampaikan semua salamku padamu, menyusun kata- yang terbata membentuk sajak yang kau rindu
kau menatapku, aku meragu
Aku mengenal getaran yang kutuju ini
ada ribuan kata yang tersumbat tak membentuk lagu
lalu udara-langit menyatu menurunkan hujan
tinggal bayang bayang yang entah hilang kemana